Kamis, 19 Februari 2009

cak kandar, pelukis bulu

Cak Kandar Sang Pelukis Bulu
SOSOK UNIK YANG KREATIF
• Pernah dapat penghargaan Gubernur Jawa Timur
• Sangat gaul dengan seniman lainnya

Oleh: Aming Aminoedhin



Dua tahun lalu, tepatnya pada tanggal 7 Oktober 2004 lalu, bertempat di Gedung Negara Grahadi Surabaya, ia menerima penghargaan seni dari Gubernur Jawa Timur, H. Imam Utomo; bersama 9 seniman lainnya. Cak Kandar yang pernah sekolah pelayaran, dalam kegiatan ini mendapatkan penghargaan seni, sebagai penggerak kesenian.
Bicara soal arti penghargaan seni yang baru saja diterimanya, pelukis bulu asal Banyuurip Surabaya ini, dikatakan bahwa penghargaan baginya, adalah sebagai cermin agar mawas diri.
Tidak hanya kali ini ia dapat penghargaan, sebab ia pernah terima penghargaan lain, yaitu: Penghargaan dari Yayasan Harapan Kita (1992) atas pengabdiannya di TMII, Mall Taman Anggrek (1998) bersama WS Rendra, Hamsad Rangkuti dan Maruti, atas pengabdiannya pada kesenian. Lantas pernah juga dapat Penghargaan Kemitraan Lingkungan Hidup atas jasanya dalam pemanfaat limbah di tahun 1992.
Pelukis yang punya warna kesukaan putih ini mempunyai konsep hidup dan berkesenian, bahwa seni harus dihidupkan dan menghidupi senimannya. Maknanya spiritual dan material.

Siapa Cak Kandar?
Sosok pelukis yang selalu berpakaian putih-putih, dan suka menenteng tustel di pundaknya ini, memang sangat unik dan kreatif. Benarkah?
Pelukis yang awalnya lebih dikenal sebagai pelukis bulu ini, adalah kelahiran Surabaya, 17 Agustus 1948. Ia punya tiga orang anak dan satu istri, akunya. Dalam keunikan dan kreativitasnya berkesenian, ia pameran lukisan tidak di galeri tapi di RS Darmo Surabaya. Dalam pamerannya banyak dipamerkan gambar-gambar bunga dan kupu-kupu. Tapi dari semua lukisan yang diusung untuk dipamerkan kali ini, ternyata lukisannya yang menggunakan media bulu, memang tampak lebih menonjol dibanding lukisan cat minyaknya.
Tak heran! Karena Cak Kandar, pada awal karier melukisnya berawal dari pelukis bulu. Dan dia dapat predikat sebagai pelukis bulu oleh masyarakat. Sayangnya, sudah lama melukis dengan bulu sebagai bahannya, telah ia tanggalkan. Kini ia beralih ke lukisan cat minyat di atas kanvas.
Pelukis Surabaya yang kini berdomisili di Jakarta, tapi tetap malang-melintang di kota-kota besar di Indonesia, utamanya Surabaya; Cak Kandar adalah orang yang suka memotivasi pelukis lain. Dia suka membantu teman pelukis lainnya dengan menjualkan lukisannya. Mengenalkan pada kolektor-kolektor lukisan. Memprakasarsai pameran bersama pelukis lain, baik di Jakarta, Bandung, Yogya, dan Surabaya sendiri. Dialah pemrakarsa Pameran Gelar Akbar di Bank Duta (1990) yang melibatkan pelukis-pelukis Jawa Timur. Belakangan memprakarsai Pameran Lukisan Bersama Pelukis Jatim di Balai Kota Surabaya, dalam rangka Ultah Surabaya ke-710.
Cak Kandar juga salah satu pendiri Himpunan Pelukis Jakarta (HIPTA), dan Himpunan Pelukis Surabaya (HIPBAYA). Dia pula yang memprakarsai lahirnya Koempoel Art Foundations, dan sekaligus memamerkan lukisan-lukisan sang maestro Koempoel di Sheraton Hotel, beberapa waktu yang lalu.
Obsesinya, bahwa di kota Surabaya ini ada nama jalan Koempoel, karena dia sang maestro lukis kota Surabaya.

Yang Unik dan Kreatif dari Cak Kandar
Ada pertanyaan yang dilontarkan seorang seniman kepada seniman lainnya, ketika ditanya, “Apakah you sudah bezuk Cak Kandar di RS Darmo?”
Jawabannya, “Belum!” dan dilanjutkan kalimat pertanyaan lainya, “Apakah Cak Kandar sakit?”
Lalu seniman itu tertawa ngakak. Soalnya, yang dimaksud bezuk dalam kalimat pertanyaan tersebut adalah nonton pameran lukisannya Cak Kandar. Sebab waktu itu, Cak Kandar sedang menggelar pameran di Auditorium Rumah Sakit Darmo Suranaya, Jalan Raya Darmo 90 Surabaya; dari tanggal 6 s.d. 14 Oktober 2004 lalu.
Barangkali ini sebuah fenomena menarik dari sebuah pameran lukisan. Dan sebuah fenomena baru yang diusung Cak Kandar di pentas pameran lukisan di Surabaya.
Dulu, sekitar tahun 1960-1970-an, ketika para pelukis belum pernah menggelar pameran lukisan di hotel, dia telah memulainya pameran lukisan di hotel. Sekarang ini, ketika para pelukis belum pernah pameran lukisan di Rumah Sakit, ia memulainya dengan menggelar di RS Darmo Surabaya. Sebuah Rumah Sakit yang terletak di jantung kota Surabaya.
Banyak yang berceloteh minor terhadapnya, tapi Cak Kandar tetap saja melaku-kan pameran lukisan di sana. Konsepnya adalah bahwa lukisan bisa dijadikan terapi bagi si sakit. Tak urung CEO-nya Rumah Sakit Darmo, Prof. Dr.dr. Soedijono,Sp. THT, perlu menyempatkan membuka pameran lukisan yang berkonsep lukisan atau karya seni bisa dijadikan terapi sakit. Apa lagi coba? Bahkan pameran lukisan ini digelar saat kota Surabaya sedang menggelar Festival Budaya Jatim 2004, yang mana ia adalah satu seniman yang turut mendapatkan penghargaan seni dari Gubernur Jawa Timur.
Waktu itu lukisan yang dipamerkan ada sekitar 51 lukisan, baik yang bermedia cat minyak dan media bulu.
Inilah fenomena Cak Kandar di Surabaya.
Ada lagi yang aneh dari Cak Kandar, baru-baru ini, ia melukis bersama orang-orang yang sakit gila di RSJ Menur Surabaya.
Dengan para seniman dia sangat welcome jika diajak bicara kesenian. Tidak hanya para pelukis, tapi juga sastrawan, penari, teatrawan dan bahkan seniman tradisi; seperti ludruk dan tayup. Ia tak segan ikut nimbrung tayuban ketika digelar tayuban di Taman Budaya Jawa Timur, beberapa waktu yang lalu.
Dalam setiap pembicaraannya, dia selalu memberikan semangat berkesenian kepada lawan bicaranya. Bahkan sering kali memberi motivator, tidak hanya kritik dan saran, akan tetapi juga dana berupa uang.
Itulah profil sosok sang pelukis bulu Cak Kandar. Seni, tandasnya meyakinkan, haruslah dihidupkan sekaligus menghidupi senimannya. Mengapa tidak? (aa)*****


Desaku Canggu, 22/6/2006

Tidak ada komentar: