Rabu, 24 September 2008

sejarah komunitas teater 'persada' ngawi

SEJARAH KOMUNITAS SASTRA
TEATER PERSADA NGAWI
Oleh: Aming Aminoedhin


Membicarakan sejarah komunitas sastra ‘Teater Persada’ Ngawi, cukuplah panjang perjalanannya. Menurut keterangan, Mh. Iskan, ketua Teater Persada, bahwa kelompoknya berawal dari komunitas para pelajar yang tergabung dalam Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Ngawi, tahun 1960-an.
Dari komunitas ini, kemudian terbentuklah apa yang dinamakan komunitas bernama “Himpunan Pecinta Sastra Etsa’ kemudian lebih dikenal kelompk ‘Etsa Divina Artis Magistra’ yang merupakan gabungan para pelajar PII tersebut, dengan membuat sebuah kelompok seni pertunjukan, menampilkan berbagai cabang seni. Di antaranya: pentas keroncong, drama, dan baca puisi. Beberapa nama yang aktif di komunitas ini adalah: Anwaroeddin, Suwandi Black, Mh. Iskan, Ummi Haniek, Rodiyah, Sutomo Ete, Gisran, Rosyid Hamidi, Wahab Asyhari, Salimoel Amien, A. Mukhlis Subekti, M. Har Harijadi, Heru, Aming Aminoedhin, Djoko Mulyono, Ratih Ratri, Alina Evawanti, Susilowati, Siti Alfiana Latief, Agnes Maria Soejono, dan banyak lagi.
Pada mulanya komunitas ini hanya tampil di komunitasnya sendiri, Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Ngawi, tapi pada perkembangannya bisa mementaskan seni pertunjukannya di luar komunitasnya. Misalnya diundang di Bupati Ngawi, pentas drama di pendapa Kabupaten Ngawi.
Berawal dari intensnya komunitas ini berkumpul dan latihan seni pertunjukan inilah yang kemudian memunculkan ide memberi nama komunitas, yaitu ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ pada tahun 1978. Pada waktu itu, kata Mh. Iskan, komunitas ini akan mengikuti Lomba Drama se Jawa Timur di Surabaya.
Susunan kepengurusan, Mh. Iskan, terpilih sebagai ketuanya; dan M. Har Harijadi menjadi sekretaris. Beberapa nama yang ikut jadi pengurus antara lain: Salimoel Amien, A. Mukhlis Subekti, Wahab Asyhari, dan Suwandi Black.
Markas atau pangkalan dari Komunitas Sastra Teater Persada adalah Jalan Trunojoyo 90, Ngawi; yang merupakan rumah pribadi Mh. Iskan. Sedangkan latihan-latihan drama, dan baca puisi, biasanya dilaksanakan di pendapa Paseban WR. Soepratman Widyodiningrat, yang berada di depan Kantor Bupati Ngawi. Alternatif lain dalam penyelenggaraan latihan drama dan puisi, berada di halaman masjid besar Ngawi atau di rumah AM. Subekti di dekat masjid.

Aktivitas Komunitas Sastra Teater Persada
Selama perjalanan panjangnya ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ Ngawi adalah mengadakan latihan-latihan baca puisi dan drama. Dari latihan-latihan tersebut, ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ berkali-kali pentas drama/teater dan selalu diawali dengan pembacaan puisi, bahkan tak jarang di dalam pentas drama/teaternya selalu memasukkan unsur di dalamnya.
Dalam aktivitas pentas drama, ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ tidak hanya pentas drama panggung, tapi juga drama radio di RKPD (Radio Khusus Pemerintah Daerah) Kabupaten Ngawi, dan Radio Al-Azhar (Radio Swasta milik Pelajar Islam Indonesia) Cabang Ngawi.
Selain pentas drama radio, ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ Ngawi, juga pernah membuat video-film bekerja sama dengan BKKBN Jawa Timur, dengan KPU Kabupaten Ngawi, dan instansi pemerintah di Kabupaten Ngawi.
Pentas drama panggung ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ Ngawi tidak hanya di kotanya sendiri Ngawi, dan berulang kali; akan tetapi juga tercatat pernah pentas di Pusat Kebudayaan Jawa Tengah (PKJT) Sasonomulyo, Surakarta, Taman Budaya Jawa Timur, Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (PPIA), Dharmahusada Barat, Surabaya, Taman Budaya Jawa Tengah di Surabaya; dan Taman Budaya Yogyakarta.
Mh. Iskan sebagai ketua komunitas, ketika teman-teman Persada tidak lagi bisa diajak bermain, maka dia memainkan sendiri sebuah naskah monolog karya Putu Wijaya berjudul ‘Mulut’. Pentas monolog berdurasi sekitar satu jam ini, telah digelarpentaskan 5 kali pertunjukan. Pentas pertama di depan siswa-siswa SMAN 1 Ngawi, MAN Ngawi, Dewan Kesenian Surabaya, dan SMAN 2 Ngawi; pada tahun 2006. Sedangkan tahun 2007 dipentaskan di depan mahasiswa Universitas Widya Mandala Madiun (tidak ingat tanggal dan hari pentasnya).
Naskah-naskah drama yang dipentaskan oleh‘Komunitas Sastra Teater Persada’ Ngawi, kebanyakan memang naskah yang ditulis dan disutradarai sendiri oleh ketuanya, Mh. Iskan; kecuali naskah pementasan dalam rangka lomba drama se-Jawa Timur.
Dalam rangka lomba pementasan drama se-Jawa Timur, ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ Ngawi, pernah mendapatkan predikat terbaik (sutradara dan kelompok) di tahun
1978; serta sutradara, kelompok, dan aktor terbaik pada tahun 1983. Secara catatan prestasi ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ Ngawi sudah memenangkan dua kali kemenangan di tingkat Jawa Timur, yaitu 1978 dan 1983. Belum lagi, telah beberapa kali para anggotanya memenangkan beberapa kali lomba baca dan menulis puisi di berbagai lomba.
Aktivitas dari ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ Ngawi memang tak pernah berhenti, bahkan ketuanya sendiri, Mh. Iskan, tetap bermonolog sendiri serta pentas di berbagai tempat dan komunitas lain. Di samping itu, Mh. Iskan, juga masih melukis dengan corak lukisan gaya ‘Sanggar Bambu” Yogyakarta, di mana dulu ia termasuk anggota komunitas itu.

Penerbitan Komunitas Sastra Teater Persada
Membicarakan sejarah perjalanan ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ Ngawi, maka tidak lengkap apabila tidak membicarakan penerbitan yang telah dihasilkan komunitas ini. Secara hitungan, ada tiga kumpulan puisi (meski sederhana bentuknya), tapi merupakan bukti keberadaannya selama ini.
Ketiga buku penerbitan ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ Ngawi tersebut adalah merupakan trilogi kumpulan puisi, yaitu Tanah Persada (1983), Tanah Kapur (1986), dan Tanah Rengkah (1998). Para penulisnya adalah tiga penyair, yaitu: Mh. Iskan, M. Har Harijadi, dan Aming Aminoedhin yang selalu ada dalam kumpulan puisi tersebut. Hanya pada kumpulan Tanah Persada terbitan tahun 1983, ada salah satu anggotanya ikut menulis puisi dalam kumpulan tersebut, bernama LH. Irmawati S.


Tanah Persada, kumpulan puisi
Kumpulan puisi yang berjudul ‘ Tanah Persada’ ini diterbitkan oleh kelompok Teater Persada Ngawi, tahun 1983. Dalam kumpulan puisi yang sederhana (stensilan) ini, diberi kata pengantar oleh M. Har Harijadi, salah satu dari penyair yang puisi-puisinya termuat dalam kumpulan ini.
Dalam kata pengantarnya, antara lain dikatakan, “ Beberapa puisi yang termuat, dihimpun dengan acak, dalam artian tak ketat selektif, mengingat waktu mempersiapkan hanya sehari semalam – setelah ide mencuat dari seseorang yang obsesinya telah lama terpendam – namun dilanda kesibukan. Di antaranya pernah termuat di surat kabar atau majalah yang entah kapan tahun penerbitannya, serta yang lain bertahun lebih dari satu dekade dari yang sekarang. Apa boleh buat, suatu ‘kehadiran’ terkadang memang hanya satu kebetulan. Yang penting, mari diisi dengan perbuatan. Keliru tidak malu, yang benar kita kejar. Setuju?
Pengantar M. Har Harijadi menunjukkan betapa ‘Komunitas Sastra Teater Persada’ Ngawi, telah menunjukkan kehadirannnya lewat kumpulan puisi ‘ Tanah Persada’ ini, betapapun sederhananya. Serta berbuat untuk mengkoleksi puisi-puisi para anggota komunitasnya.
Kumpulan puisi ‘Tanah Persada’ bersisi 28 judul puisi, terdiri 5 judul puisi karya Mh. Iskan, 7 judul karya M. Har Harijadi, 8 judul karya Aming Aminoedhin, dan 8 judul puisi karya LH. Irmawanti S.

Beberapa karya yang termuat dalam kumpulan tersebut, penulis sertakan guna melengkapi tulisan ini:

mh. iskan
SEBUAH JENDELA TERBUKA PAGI INI

salamku saja untukmu, gadis kecil
yang berdiri tegak di jendela
pagi ini


benang-benang mentarimenciummu kasih
bagai selaksa bidadari turun
beruntun

salamku saja untukmu, gadis kecil
yang mengerti bunga mekar pagi hari
tubuhmu ranum-ranum buah pisang
di jendela segar
alangkah terdampar

sebuah jendela terbuka
pagi ini
di jantung kota
menara yang tegak adalah ibunya
di bawah taman lebat berbunga

dan gadis kecil itu
masih saja sayu menatapnya
-adakah bonekaku ketemu di sana

segala tanpa kata
sebab jendela itu tinggi
dan gadis itu sendiri

1967

(dari: Tanah Persada, 1983: hal. 4)


mh. iskan
DI JALAN-JALAN TENGAH KOTA

di jalan-jalan tengah kota
orang bicara tentang kematian, peperangan dan kedengkian
setiap kata adalah keyakinan
meski cuma dengar dari berita

di jalan-jalan tengah kota
orang lebih tertarik untuk duduk
dan bicara seenaknya tentang perburuan
nyawa anak-anak yang di pertaruhkan
dan serpihan-serpihan logam jadi akrab
di antara padang-padang rumput
hutanpun lata penuh asap mesiu
kota-kota jadi mati
kabut semakin rendah, semakin rendah

langitpun mulai mengeluh
kapan bayi-bayi itu damai dalam gendongan
tak terganggu desingan peluru
tapi ini adalah permainan
dari tangan-tangan yang haus
dan jiwa-jiwa yang sunyi
dari tuntutan kemerdekaan
atau kerinduan yang dicanangkan
lewat sumur-sumur bermata bangkai

di jalan-jalan tengah kota
dimana-mana barat timur utara
kabutpun semakin rendah, semakin rendah
sementara burung-burung nyanyi lagu duka
dan dimatanya terkenang nanah
yang setiap kali meleleh
genderang-genderang sayup mengetup satu-satu
diantara kibaran-kibaran bendera setengah tiang

langitpun tetap mengeluh
kabut semakin rendah, semakin rendah
bumi seperti biasa mendukung beban
meski tangis ini tertahan

di jalan-jalan tengah kota
orang bicara tentang kematian, peperangan dan kedengkian

jakarta, 1972

(dari: Tanah Persada, 1983: hal. 5)



mh. har harijadi
SIANG HARI

ruang persegi empat ini pengap
tubuhku lungkrah dan dadaku sesak
haruskah tinggal berlama-lama menatap
tanpa sedikitpun berusaha
melapangkan nurani yang mendesak
doapun telah berlaksa dilafazkan
hatipun yang gundah telah dicobasegarkan
tapi hanya padaMu-lah Tuhan
yang kuasa menyejukkan
apalah arti seorang hamba
apalah arti segala usaha
apalah artinya seorang manusia

ngawi, 1973

(dari: Tanah Persada, 1983: hal.7)

mh. har harijadi
SEBELUM SENJA

tercenung setelah tidur siang hari
resahku yang abadi
mengeram dalam hati

hari belum senja
mestinya hari-haripun masih panjang pula

ngawi, 1972

(dari: Tanah Persada, 1983: hal. 8)

aming aminoedhin
SELAMAT TINGGAL KOTA


aku seperti tak kuasa berucap ‘selamat tinggal’
kota tanahku tercinta

selayang kulihat beburung berarak terbang menjauh kian jauh
seperti telah jenuh melihat kotaku selalu melenguhkan keluh

tapi akankah aku tetap bertahan
pada sebuah kota, di mana
yang abadi hanya sepi

kota yang berbatas kali dan berbatas kali
dan bila air meluap musim hujan, di jalan raya
pasti sebatas lutut kaki. mobil terhenti
anak-anak mendorong bernyanyi

dan bila saatnya nanti, aku memang harus enyah
melangkah pergi. mungkinkah resahku akan istirah
dan sepiku akan menepi
atau lebih terpatri?

memang ludah yang telah kuludahkan
tiadalah mungkin akan kujilat kembali

hanya pesan padamu, mitraku
kata ‘kenangan’ hanya memunculkan keindahan beragam
tapi cinta dengan beribu jalan bisa tetap bertahan
meski sejuta luas samudra jarak terbentang

ngawi, 1982
(dari: Tanah Persada, 1983: hal.10)


aming aminoedhin
PATUNG

Telah kupatungkan wajahmu
pada hatiku. Yang berarti ini tak
memungkinkan bayang-bayang wajah
akan lagi bergerak mendesak
pada hati yang gelisah

Wajahmu telah jadi petapa yang semedi
tenang. Seperti cendawan, pada
hatiku tersimpan

Tapi kulihat dirimu masih rawan
di hadapanku enggan. Di matamu
memuat ragu-ragu

ngawi, 1983

(dari: Tanah Persada, 1983: hal. 12)

lh. irmawanti s.
TELAGA SARANGAN

milikMukah ini Tuhan
telaga menghijau, bening, tenang
berbingkai Lawu?
teriak bocah-bocah kecil
tawarkan sekeranjang sayuran
juga mainan anak-anak
berjalan sepetak
perempuan tua
tawarkan barang serupa
milikMukah Tuhan
lalu laki-laki
dengan kuda
tujuh ratus lima puluh keliling telaga
milikMukah Tuhan
juga orang-orang papa
yang gemetar memohon kasih?
milikMukah Tuhan
telaga menghijau, bening, tenang
berbingaki Lawu?

(dari: Tanah Persada, 1983: hal. 13)

lh. irmawanti s.
PAHLAWAN TANPA TANDA JASA
yang tercinta Ibu Bapak

jalan berdebu
setia kalian lalui
dengan beban
makin sarat di pundak
engkau kian senja
sedang aku
baru sampai pada titian pertama
Tuhan
nyalakan lilinMu
singkirkan kerikil
di jalan berdebu itu!

(dari: Tanah Persada, 1983: hal. 14)

Selasa, 23 September 2008

biodata penyair malsasa 2005

Biodata
Penyair dan Penggurit Malsasa 2005

Adi Setijowati, lahir di Magelang, 13 Januari 1960. Alumni Fakultas Sastra Universitas Diponegroro Semarang ini, kini jadi dosen di Fakultas Sastra, Universitas Airlangga Surabaya. Aktif ikut dan membuat kegiatan seni sastra, di fakultasnya dan kota Surabaya pada umumnya. Ia sering jadi motivator mahasiswanya dalam bersastra-sastra di kampus Unair. Puisinya ikut tergabung dalam kumpulan puisi ”Duka Atjeh Duka Bersama.”

AF.Tuasikal, lahir di Mojokerto, 24 Oktober 1984. Alumni STM Raden Patah Mojokerto ini, kini bekerja di Balai Bahasa Surabaya. Kuliah di PT Swasta di Sidoarjo, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Puisinya termuat di Radar Mojokerto, masuk dalam kumpulan puisi “Jejak Sunyi Tsunami” terbitan Pusat Bahasa Jakarta. Aktif di dunia seni apa saja, di antaranya ikut menabuh musiknya pentas monolog Aming Aminoedhin.

Ahmad Syauqi Sumbawi, lahir di Lamongan, 28 April 1980. Selain menulis, ia juga berkebun dan menambak ikan di jublangan belakang rumahnya. Alamatnya: Jotosanur RT 2 RW 3 No. 319 Tikung, Lamongan 62281. e-mail:
as-sumbawi@yahoo.com.

Akhudiat, lahir di Rogojampi, Banyuwangi, 5 Mei 1946. Lima naskah dramanya memenangi lomba penulisan naskah drama Dewan Kesenian Jakarta: Grafitto (1972) Jaka Tarub (1974), Rumah tak Beratap (1974), Bui (1975), & RE (1977).Tulisannya asli dan terjemahan banyak dimuat di Surabaya Post, Jawa Pos, Kompas, Surya, Pikiran Rakyat, Horison dan Kalam. Cerpennya berjudul “New York Lewat Tengah Malam” diterjemahkan Dede Oetomo ‘New York After Midnight’. Kumpulan cerpennya “Dari Tunjungan ke New York’ terbitan JP Books (2005). Ia aktif di komunitas BMS (Bengkel Muda Surabaya), sebagai sutradara dan sesepuh BMS.

Aming Aminoedhin, penyair kelahiran di Ngawi, 22 Desember 1957, pernah menyandang predikat “aktor terbaik” festival drama se jatim tahun 1983 dari teater persada ngawi, Pernah menjabat biro sastra DKS, ketua HP3N (himpunan pengarang, penulis, dan penyair nusantara) Jatim, koordinator fass (forum apresiasi sastra surabaya), dan penggagas kegiatan malam sastra surabaya atau “Malsasa” di DKS. Tulisannya dimuat: Surabaya Post, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Horison, Zaman, dan Basis. sekarang aktif di PPSJS (paguyuban pengarang sastra jawa surabaya), lembaga kajian budaya jawa pos, forasamo (forum apresiasi sastra mojokerto), dan bekerja di Balai Bahasa Surabaya, yang berlokasi di Sidoarjo. alamat: puri mojobaru az-23 canggu; kecamatan jetis – mojoketo 61352

Anang SP Santosa, lahir di Mojokerto, 28 April. Bekerja di Balai Bahasa Surabaya. Menetap di Semolowaru Tengah VII/5 Surabaya. Puisinya termuat dalam antologi Jejak Sunyi Tsunami terbitan Pusat Bahasa Jakarta.

Bambang Kempling, lahir di Lamongan, 17 April 1967. Puisi-puisinya bisa dibaca di Antologi Tunggalnya KATA SEBUAH SAJAK 2002, Majalah Indupati, Antologi Bersama Teman-teman KOSTELA “Rebana Kesunyian”, “Imajinasi Nama”, “Bulan Merayap”(DKL), “Lanskap Telunjuk”(DKL), Antologi bersama “Permohonan Hijau” yang diterbitkan oleh Festival Seni Surabaya Tahun 2003, Tabloit Telunjuk, dalam Cakrawala Puisi Indonesia “Duka Aceh Duka Bersama”(DKJT,2005). Di samping menulis puisi, ia sesekali juga menulis cerpen dan esai.“Menulis adalah satu bentuk sialog diri yang akan terus saya lakukan sepanjang masih bermakna”,begitu katanya. HP: 081332002807

Debora Indrisoewari, biasa juga memakai nama S. Diarwanti, nama asli Titiek Indri Suwari, lahir di Semarang, Alumnus Pasca Sarjana Untag Surabaya, menulis puisi sejak masih SMA dan memulai menulis cerpen bahasa Jawa di majalah Panyebar Semangat, Kumandang, Dharma Kandha, dan lain-lain. Menulis kumpulan geguritan Kidung Tresna, mengisi Antologi Puisi di Festival Cak Durasim ”Omonga Apa Wae” dan kumpulan puisi ”Duka Aceh Duka Bersama”. Hingga saat ini, masih aktif menjadi pengurus Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS), bekerja di Dinas P dan K Prop. Jatim.

Fahmi Faqih, dilahirkan di Banjarmasin, 26 November 1974. Pernah belajar di Pondok Pesantren Darul Hadist Malang. Tulisan puisinya termuat di Surabaya Post. Ia menjadi konstributor untuk Swedish-Indonesian Soceity. Beralamat rumah: Jalan Jagir Sidoresmo II/37 Surabaya. e-mail:
fahmifaqih@hotmail.com mobile: 08103291337

Gusto, yang nama lengkapnya Agus Harianto, lahir di Lumajang 14 Agustus 1966. Menamatkan studinya di IKIP PGRI Malang jurusan Sastra Inggris, tahun 1994. Pernah bekerja di LP3ES Jakarta. Beberapa kali memenangkan lomba karya tulis LIPI tahun 1998 dan 2000, juga sejumlah lomba yang diadakan Depdiknas. Kini menjadi guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Pasuruan.



Herry Lamongan, lahir di Bondowoso, 8 Nei 1959. Guru SD yang aktif menulis karya sastra, baik berupa puisi, cerpen, artikel, dan apa saja ini, dengan menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa, termuat di media massa. Sesepuh Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) ini, pernah dikirim oleh Dewan Kesenian Lamongan ikut Peringatan Puisi Nasional Malaysia (2004). Aktif di HP3N Jawa Timur, dan naskah puisinya termuat juga di majalah sastra Horison. Alamat: Madedadi VI-36 Made Perumnas, Lamongan. Tlp: 0322- 315132

Ida Nurul Chasanah,
lahir di Tuban, 14 November 1969, saat ini ia menjadi dosen di Fakultas Sastra Universitas Airlangga Surabaya. Puisinya banyak termuat di media massa. Ikut pula tergabung dalam kumpulan puisi ”Duka Aceh Duka Bersama.”Alamat Graha Sunan Ampel Blok I/30 Wiyung, Surabaya pinggiran.

Javed Paul Syatha
, lahir di Lamongan, saat ini bergiat di Dewan Kesenian Lamongan, dan Kostela. Karya-karyanya pernah dipublikasikan di media cetak lokal.

JFX Hoery, lahir di Karangnongko, Kebonagung, Kabupaten Pacitan tanggal 7 Agustus 1945. Karyanya banyak di muat di berbagai media seperti panjebar Semangat, Jaya Baya, Dharma Nyata, Dharma Kandha, Djaka Lodang, Cendrawasih, Mekarsari, Kumandang, Pustaka Candra, Parikesit. Ia merupakan ketua Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB). Pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Bojonegoro, pernah mendapat hadiah sastra Rancage tahun 2004 melalui antologi geguritan “Pagelaran”. Berdomisili di Padangan, Bojonegoro.

Mashuri, jebolan Ponpes PP Salafiyah Raudlatul Mutaallimin Wanar dan PP Ta’sisut Taqwa Galang ini, dipercaya sebagai ketua Litbang PPSJS. Karya-karyanya berupa puisi dan esei dipublikasikan di Jurnal Kalam, Jurnal Puisi, Kompas, Media Indonesia, Surabaya Post, Jaya Baya, Damar Jati dll. Beberapa karyanya masuk dalam sejumlah antologi, Manifesto Surrealisme (Galah Yogya, 2002), Permohonan Hijau (FSS, 2003), Antologi Penyair Jawa Timur (FSS, 2004), Black Forest (FSS, 2005), Puisi Tak Pernah Pergi (Kompas, 2003), dll. Antologi tunggalnya, Jawadwipa 3003 (stensilan), Pengantin Lumpur (2004).

M. Muhlash Mr, lahir di Gresik, 25 September 1979. Karya-karyanya sempat muncul di harian sore Surabaya News, Surya, Jayabaya. Begitu pula beberapa tulisannya sempat nongol di www.PenulisLepas.com juga dalam buku Antologi Penyair 2004 Jawa Timur (Festival Seni Surabaya 2004). Penulis kini bekerja sebagai staf Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, selain juga menimba ilmu di jurusan Sastra Inggris pada Fakultas Sastra Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Alamat e-mail:
em_er07@yahoo.com

Mulyadi Kartasasmita, lahir di Ponorogo, 13 Januari 1968. Selain menulis puisi, ia juga menulis cerpen, naskah, dan menjadi sutradara di Teater Rajawali Surabaya. Malang melintang di dunia teater sejak zamannya Lodralika (Lomba Drama Lima Kota) yang diketuai Mukit Faqturrozie. Mengasuh acara apresiasi sastra di Radio Rajawali Surabaya. Seringkali menjuarai berbagai jenis lomba seni, di antaranya: Juara I Lomba Cipta Puisi versi Filtra 1989, Lomba Cipta Puisi Mbeling 1993, Juara I pula Lomba Cipta dan Baca Puisi Kalimas 1995. Sekarang Cak Mul, sebagai Kepala Administrasi & Keuangan di AJB Bumi Puter 1912 Surabaya.

M. Tauhed Supratman, lahir di Pamekasan, 27 November 1970. Alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Madura Pamekasan (Unira). Tulisannya menggunakan bahasa Madura dan Indonesia. Karyanya termuat di berbagai koran dan majalah: Jawa Pos, Karya Darma, MPA, Radar Madura, Bende, Surya, Surabaya Post, Suara Muham-madiyah dlsb. Ia juga menulis pantun Madura, yang hingga kini belum ada orang yang mau me-nerbitkannya. Tauhed, sekarang jadi staf pengajar di almamaternya Unira Pamekasan, dan pembina komunitas Teater Depot Akura di kota kelahirannya.

Pringgo HR, penyair kelahiran Lamongan, 21 Maret 1965. Penggagas Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan). Pengasuh teater Taman siswa MAN Babat ini, puisinya termuat di Radar Bojonegoro, Indupati, Tabloid Telunjuk, MPA, dan harian Surya. Bersama Herry Lamongan, ia dikirim oleh Dewan Kesenian Lamongan ikut Peringatan Puisi Nasional Malaysia (2004). Alamat: Padepokan Kostela, Jalan raya Kr. Geneng 167 Madulegi, Sukodadi, Lamongan. Tlp. 0322-393042

Puput Amiranti, lahir di jember, 24 April 1982. Alumnus SMA 1 Blitar ini, saat ini sedang menyelesaikan S-1 Sastra Inggris di Fakultas Sastra Inggris. Karya-karyanya sempat muncul di pelbagai media massa, Jurnal Perempuan, Media Indonesia, Surabaya News, Surabaya Post, Pikiran Rakyat, dan Aksara. Karya-karyanya yang lain masuk dalam antologi, Permohonan Hijau (FSS, 2003), dan Antologi Penyair Jawa Timur (FSS, 2004). Kini aktif di Forum Sastra Surabaya.

Rahmidi, lahir di Sleman, 30 Maret 1966. Penyair yang kini bekerja sebagai staf Balai Bahasa Surabaya, aktif dalam kegiataan dalam lembaganya, khususnya Bengkel Sastra di sejumlah kota Jawa Timur. Juga aktif di kepengurusan PPSJS. Puisinya termuat di “Jejak Sunyi Tsunami” terbitan Pusat Bahasa Jakarta. Guritannya termuat di majalah Jaya Baya, Jaka Lodang, dan Sempulur.

R. Giryadi, nama lengkapnya Rakhmat Giryadi,, lahir di Blitar, 10 April 1969. Penyair yang aktif dalam kegiataan teater, utamanya Teater Institut ini, lulusan sarjana seni Rupa IKIP Surabaya (1994). Tulisannya banyak dimuat di: Horison, Suara Karya, Jawa Pos, Surya, Suara Merdeka, Sinar Harapan, Media Indonesia, Surabaya Post, dan jadi wartawan Suara Indonesia.

Rusdi Zaki, penyair kelahiran Surabaya, 1959. Alumni FISIP Universitas Airlangga Surabaya. Pernah bekerja di tabloid Monitor, Harian Surabaya Post, dan Harian Suara Indonesia. Ia juga di teater, bergabung dengan Bengkel Muda Surabaya (BMS). Seringkali membacakan puisinya di berbagai kota di Jawa Timur, serta di Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta. Kumpulan bersama rekan penyairnya, antara lain: Burung-Burung, Surabaya Kotaku, Omonga Apa Wae, dan banyak lagi.

S. Tedjo Kusumo, penyair kelahiran Ponorogo, 10 Februari 1967 ini masih merampungkan Studi S-2 di PPS UNS Solo. Karya-karyanya pernah termuat di Kompas, Kartini, Merdeka, Swadesi, Shimponi, Gatra, Suara Karya, Pikiran Rakyat, Solo Pos, Jawa Pos, Surya, Karya Darma, dll. Beberapa kali memenangkan lomba penulisan, antara lain, Lomba Cerpen Depdiknas 2001, Lomba Menulis Resensi Grasindo 2005, dll. Saat ini menjadi Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo, dan Sekertaris Dewan Kesenian Ponorogo.

Sugeng Adipitoyo, lahir di Nganjuk, 23 Desember 1965. Alumni dari Unesa (d/h IKIP Surabaya), Jurusan Bahasa dan sastra Jawa ini, sekarang jadi dosen di almamaternya. Selain sebagai dosen, ia juga aktif menulis sastra Jawa. Di samping itu, beberapa kali jadi narasumber dalam berbagai seminar Pengajaran Bahasa Jawa di berbagai kota Jawa Timur. Pernah ikut aktif di PPSJS (Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Sura-baya), dan karangannya berupa guritan dan cerita cekak. Kini aktif memimpin komunitas Sanggar Sarilaras Citranada, yang menggarap campursari di Kebonsari, Surabaya.

Suharmono Kasijun, penggurit kelahiran Ponorogo, 19 Maret 1953. Pengarang yang pernah mendapatkan Hadiah Sastra Rancage dan Penghargaan Seni Gubernur Jawa Timur ini, novelnya “Den Bagus” mendapat juara harapan sayembara roman Dewan Kesenian Jakarta (1980). Cerkaknya bertajuk “Tatu Tatu Lawas” memenangkan lomba cerkak cersi Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) Solo, pada tahun yang sama. Setahun kemudian novelnya “Kidung Katresnan” memenangkan juara harapan sayembara novel versi PKJT (1981). Sedangkan novelnya “Pupus Kang Pepes” mendapat hadiah sastra Rancage, pimpinan Ajip Rosidi. Ia aktif di PPSJS, dan pernah dua periode menjadi ketua umum Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS). Alumni S-2 Unesa ini, masih aktif menulis sastra Jawa, dan mengajar di beberapa perguruan tinggi swasta.

Sumono Sandy Asmoro, lahir di kota reog Ponorogo (tanpa angka tahun). Nama samaran lain: Candra Dyah Pambayun, Ken Ary Sandy, Wisky Windu Saru. Tulisannya berupa cerkak, guritan, puisi, cerpen, cerita remaja, cerita rakyat, cerita wayang, dan artikel; termuat di Panyebar Semangat, Jaya Baya, Mekar Sari, Jaka Lodang, Pos Kita, Surabaya Post, Bende, dan Parikesit. Karyanya termuat di antologi bersama rekannya adalah: Gendhewa Rasa (1999), Liong, Tembang Prapatan (1999), Bandha Pusaka (2001), Kabar Saka Bendulmrisi (2001), Sumunar (2002), Jagade Obah (2003), Duka Aceh Duka Bersama (2005), dan Trubus Saka Pang Garing (2005). Sekarang ia bekerja sebagai redaksi Majalah Damar Jati, berbahasa Jawa terbitan Jakarta.

Surasono Rashar, lahir di Lahat, 6 Oktober 1960. Malang-melintang di dunia sastra sudah sejak lama. Aktif di Himpunan Penulis, Pengarang, Penyair Nusantara (HP3N) Jatim. Tulisannya berupa puisi, cerpen, reportase, feature, dan artikel banyak dimuat di berbagai koran lokal dan ibu kota. Kumpulan puisi bersama rekannnya banyak sekali: Malsasa (1991, 1992, 1994, dan 2000), Langkah, Derap dan Jejak (HP3 N Jatim), Semangat Tanjung Perak (1992) dan banyak lagi. Juara I menulis Lomba Karya Ilmiah bidang Pertanian (2000). Alamat: Linduboyo IV/7 Klakah, Lumajang.

Trinil, jeneng sesinglone Sri Setyowati. Lahir di Surabaya, 27 Juli 1965. Dosen sendratasik di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Sekarang masih kuliah S-3 di Universitas Negeri Malang (UM). Tulisannya banyak yang berbahasa Jawa. Novel Jawanya “Sarunge Jagung”, kumpulan guritan “Donga Kembang Waru” Sedangkan buku cerita berbahasa Indonesia bagi anak-anak bertajuk “Kasih Sayang Yang Tak Padam” terbitan Pilar Bambu Kuning. Aktif di Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) hingga sekarang ini. Bersuamikan kang Edhy Brodjowaskito, seniman juga. Anaknya tiga: Randhu, Unin, dan Badai. Alamat rumah: Jalan Abdulrahman 85, Bonosari, Pabean, Sedati, Sidoarjo.

W. Haryanto, lahir di Surabaya, 14 Oktober 1972. Penyair, Ketua redaksi Majalah Kidung, dan Komite Sastra DKJT. Karya-karyanya dipublikasikan di Jurnal Kalam, Jurnal Filsafat Mitra, Sastra, Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo, dll. Sejumlah puisinya masuk sejumlah buku, Keajaiban Bulan Ungu (DKS, 1996, 2000); Luka Waktu (TBJT, 1998); Memo Putih (DKJT, 2000), Malsasa 2000 (Balai Bahasa Surabaya, 2000); Kabar Saka Bendul Merisi (PPSJS, 2001); Gelak Esei dan Ombak, Puisi Bentara (terbitan Kompas, 2001, 2002), Birahi Hujan (DKJ, 2004), Dian Sastro for President: End of Trilogy (Insist, 2005), dan Duka Atjeh Duka Bersama (Logung Pustaka, 2005). Antologi tunggalnya, Labirin Dari Mata Mayat (2003) dan Cerita Buat Putri Rajab (2004). Kini bekerja sebagai staff Balai Bahasa Surabaya.

Widodo Basuki, lahir di Trenggalek, 18 Juli 1967. Pern ah kuliah di STKW Jurusan Seni Rupa, lantas lulus sarjana pendidikan dengan yang sama dari UNIPA Surabaya. Aktif di BMS (Bengkel Muda Surabaya). Naskah guritannya banyak termuat di berbagai majalah Jaya Baya, Panyebar Semangat dan Surabaya Post. Pernah jadi Biro Sastra DKS. Ia pernah mendapatkan hadiah sastra Rancage (2000). Kumpulan guritan bersama rekannya antara lain: Ayang-Ayang Pewayangan, Pisungsung, Drona Gugat, Tes, Luka Waktu, Kabar Saka Bendhulmrisi dan banyak lagi. Ia jadi wartawan/redaksi majalah Jaya Baya.

Zoya Herawati, lahir di Gresik, 21 Agustus 1956. Pernah memenangkan lomba menulis cerpen versi Dewan Kesenian Surabaya (1982). Tulisannya banyak termuat di berbagai koran dan majalah lokal dan ibu kota, berupa cerpen dan puisi. Selain mengarang yang merupakan darah dagingnya, ia juga menjadi guru Bahasa Inggris di sebuah SMP Swasta di Surabaya. Sekarang ia beralamat di Wisma Tengger Surabaya.









nama penyair malsasa 2007

Biodata
Penyair dan Penggurit Malsasa 2007

Abimardha Kurniawan, lahir di Surabaya 26 Maret 1986. Ketua artistic Teater Mata Angin UK Teater Unair, terlibat dalam pementasan keliling “Anjing Kudisan” karya Jakob Sumardjo dan sedang mempersiapkan reportoarnya “Kain” dari karya Yukio Mishima. Karya-karyanya masuk dalam buku, “Hujan Sebait Lipat Dalam Surat: Penyair Mutakhir Jawa Timur 2007”.

Adi Setijowati, lahir di Magelang, 13 Januari 1960. Alumni Fakultas Sastra Universitas Diponegroro Semarang ini, kini jadi dosen di Fakultas Sastra, Universitas Airlangga Surabaya. Jabatan yang diemban sekarang sebagai Pembantu Dekan III. Puisinya ikut tergabung dalam kumpulan puisi Duka Atjeh Duka Bersama, Malsasa 2005.

Adi Susilo Wibowo, penyair jebolan Teater Puska Unair ini, sekarang bekerja di sebuah penerbitan di Jakarta. Karya-karyanya banyak termuat di media massa.

AF.Tuasikal, lahir di Mojokerto, 24 Oktober 1984. Alumni STM Raden Patah Negara Mojopahit ini. Termasuk motor komunitas “Sinji” Sidoarjo. Puisinya termuat di Radar Mojokerto, masuk dalam kumpulan puisi “Jejak Sunyi Tsunami” terbitan Pusat Bahasa Jakarta. Serta kumpulan puisi Malsasa 2005.

Akhudiat, lahir di Rogojampi, Banyuwangi, 5 Mei 1946. Lima naskah dramanya memenangi lomba penulisan naskah drama Dewan Kesenian Jakarta: Grafitto (1972) Jaka Tarub (1974), Rumah tak Beratap (1974), Bui (1975), & RE (1977).Tulisannya asli dan terjemahan banyak dimuat di Surabaya Post, Jawa Pos, Kompas, Surya, Pikiran Rakyat, Horison dan Kalam. Cerpennya berjudul “New York Lewat Tengah Malam” diterjemahkan Dede Oetomo ‘New York After Midnight’. Kumpulan cerpennya “Dari Tunjungan ke New York’ terbitan JP Books (2005). Ia aktif di komunitas BMS (Bengkel Muda Surabaya), sebagai sutradara dan sesepuh BMS.

Alek Subairi, lahir di Sampang, 5 Maret 1979. Alumni Seni Rupa Unesa. Aktif dalam beberapa kegiatan sastra.

Aming Aminoedhin, penyair kelahiran di Ngawi, 22 Desember 1957, pernah menyandang predikat “aktor terbaik” festival drama se jatim tahun 1983 dari teater persada ngawi, ia adalah penggagas kegiatan malam sastra surabaya atau “Malsasa” dari waktu ke waktu. Aming, pernah menyandang predikat sebagai Presiden Penyair Jatim, dan bekerja di Balai Bahasa Surabaya, yang berlokasi di Sidoarjo. alamat: puri mojobaru az-23 canggu; kecamatan jetis – mojoketo 61352

Andie Nurkolis, lahir di Mojokerto 1975 bersama teman-teman mendirikan forum sastra “Bulan Dalam Bingkai”, karyanya beberapa kali di muat Jawa Pos, Radar Mojokerto, Antologi bersama “Suara Emas Penyair Swara Mas” (Swara mas Press, 2003), antologi bersama “Mojokerto Dalam Puisi” 14 Penyair Mojokerto

Anwar Sadat, lahir di Bangkalan 18 Juli 1982. Aktif di Kelompok Seni, Teater, Sastra, dan Budaya Masyarakat Lumpur. Memimpin teater sekolah di SMA Arosbaya.

Bagus Putu Parto, penyair yang kini jadi juragan pabrik roti di Blitar ini, lulusan STSI “ASRI” Yogyakarta, jurusan Teater. Pimpinan Barisan Seniman Blitar, serta penggerak kesenian di wilayah Kabupaten Blitar. Pernah mendapatkan penghargaan seni Gubernur Jawa Timur.

Bambang Kempling, lahir di Lamongan, 17 April 1967. Puisi-puisinya bisa dibaca di Antologi Tunggalnya KATA SEBUAH SAJAK 2002, “Duka Aceh Duka Bersama”(DKJT,2005), Malsasa 2005. Di samping menulis puisi, ia sesekali juga menulis cerpen dan esai.

Bonari Nabonenar, lahir di Trenggalek, 8 April 1964. Tulisannya banyak dimuat di berbagai media-massa. Pernah jadi redaktur tabloid X-file dan Campursari. Ketua PPSJS (Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya), sekarang aktif jadi penggerak Sastra Migran TKW Hongkong. Saat ini lagi mempersiapkan pameran foto “Hongkong dan TKW Kita” di berbagai kota di Jatim.

Budi Palopo alias Budi Tom Sega, lahir di Gresik, 27 April 1962 dengan nama Budi Utomo. Jebolan FMIPA Matematika ITS Surabaya. Bergiat dalam berbagai event kesenian dan kesastraan. Selain menulis puisi, juga menulis cerpen dan artikel sastra budaya pada berbagai media massa seperti Surabaya Post, Surya, Kompas, dan Jawa Pos. Pernah bekerja sebagai redaktur sastra di Harian Karya Dharma Surabaya (1987—1998), Kepala Litbang Harian Pewarta Siang (1998—1999), dan Staf Redaksi Tabloid Hukum dan Kriminal Gugat (1999—2004). Pos-el:
budi_palopo@yahoo.com. Alamat rumah: Desa Domas RT 02/RW I Kecamatan Menganti, Gresik 61174, Telepon 031- 70184570.

Chamim Kohari, lahir di Gurah Kediri tahun 1965. Waktu belajarnya banyak dihabiskan di Pondok Pesantren.. Penyair, aktivis Komunitas Sastrawan Pesantren ini, kini menetap di Pondok Pesantren Darul Falah Dusun Jerukmacan, desa Sawo RT.11, RW.03, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, 61352. Telepon 0321—362665, 081931091965

Debora Indrisoewari, biasa juga memakai nama S. Diarwanti, nama asli Titiek Indri Suwari, lahir di Semarang, Menulis kumpulan geguritan Kidung Tresna, Mampir Ngombe, mengisi Antologi Puisi di Festival Cak Durasim ”Omonga Apa Wae” dan kumpulan puisi ”Duka Aceh Duka Bersama, dan Malsasa 2005. Hingga saat ini, masih aktif menjadi pengurus Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS), bekerja di Dinas P dan K Prop. Jatim.

Didik Wahyudi, lahir di Surabaya, 30 Juli 1978. Anggota Teater Institut. Aktif dalam beberapa pementasan teater.

Eko Darmoko, lahir 4 Juli 1986. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa Sastra Indonesia Unair. Terlibat sebagai pekerja artistik di Laboratorium Seni Pertunjukkan Unair, juga dalam pementasan “Hanya Matanya yang Berkedip-kedip” bersama TeMA UK Teater Unair.

Fahmi Faqih, dilahirkan di Banjarmasin, 26 November 1974. Pernah belajar di Pondok Pesantren Darul Hadist Malang. Tulisan puisinya termuat di Surabaya Post. Ia menjadi konstributor untuk Swedish-Indonesian Soceity. Beralamat rumah: Jalan Jagir Sidoresmo II/37 Surabaya. e-mail:
fahmifaqih@hotmail.com mobile: 08103291337

Gatot Suryowidodo, lahir di Surabaya, 15 April 1978. Berprofesi sebagai wartawan di Jawa Timur. Mulai menulis geguritan sekitar 2004, sejak bergabung dengan Komunitas Triwikrama. Beberapa tulisannya pernah termuat pada Jaya Baya dan Surabaya Post.

Herry Lamongan, lahir di Bondowoso, 8 Nei 1959. Guru SD yang aktif menulis karya sastra, baik berupa puisi, cerpen, artikel, dan apa saja ini, kali ini mengirimkan geguritan untuk Malsasa 2007. Herry, adalah pendiri Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan). Ia pernah dikirim oleh Dewan Kesenian Lamongan ikut Peringatan Puisi Nasional Malaysia (2004). Aktif di HP3N Jawa Timur, dan naskah puisinya termuat juga di majalah sastra Horison. Alamat: Madedadi VI-36 Made Perumnas, Lamongan. Tlp: 0322- 315132

Ida Nurul Chasanah, lahir di Tuban, 14 November 1969, saat ini ia menjadi dosen di Fakultas Sastra Universitas Airlangga Surabaya. Puisinya banyak termuat di media massa. Ikut pula tergabung dalam kumpulan puisi ”Duka Atjeh Duka Bersama.”. Alamat Graha Sunan Ampel Blok I/30 Wiyung, Surabaya pinggiran.

Javed Paul Satha. Penyair yang bergiat di UKM Teater RODA Unisda dan KOSTELA. Puisi dan cerpen sekali waktu dipublikasikan di beberapa media cetak. Beberapa puisinya juga masuk sejumlah buku. Antologi tunggalnya, Syahadat Sukma (2004), The Lamongan Soul (2006) dan Aforiama Tamasya Langit (2007). Alamat Kompleks Pondok Pesantren Matholi’ul Anwar Jl. Pangeran Diponegoro No. 20. Simo Sungelebak 16/V Karanggeneng, Lamongan.Hp: 085646206854.

J.F.X Hoery, lahir di Pacitan tanggal 7 Agustus 1945. Guritnya banyak di muat di berbagai media seperti panjebar Semangat, Jaya Baya, Dharma Nyata, Dharma Kandha, Djaka Lodang, Cendrawasih, Mekarsari, Kumandang, Pustaka Candra, Parikesit. Ia merupakan ketua Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB). Pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Bojonegoro, pernah mendapat hadiah sastra Rancage tahun 2004 melalui antologi geguritan “Pagelaran”. Berdomisili di Padangan, Bojonegoro.

Joko Susilo, lahir di Trenggalek, 6 Juli 1985. Aktif di Teater Gapus Surabaya, anggota FS3LP (Forum Studi Sastra dan Seni Luar Pagar), aktif di Forum Diskusi Sastra Jawa Tiwikrama. Puisinya tergabung dalam antologi Kentrung Karang Menjangan.

Khilmi Mauliddian Al Ghozi, lahir di Blitar, 19 Juli 1985. Mahasiswa Fakultas Sastra Unair. Pos-el:
alghozi_khilmi@gmail.com.

L. Machali, penyair yang jadi pimpinan dan dedengkot Teater Cager Gresik ini, pernah ikut jadi penyair Malsasa 1991. Komunitas Teater Cagernya pernah menampilkan teater musik limbah. Dia adalah motivator dan provokatornya seni di kota Gresik, bersama istrinya Yuyun.

Mashuri, jebolan Ponpes PP Salafiyah Raudlatul Mutaallimin Wanar dan PP Ta’sisut Taqwa Galang ini, dipercaya sebagai ketua Litbang PPSJS. Karya-karyanya berupa puisi dan esei dipublikasikan di pelbagai media massa. Beberapa karyanya masuk dalam sejumlah antologi, Manifesto Surrealisme (Galah Yogya, 2002), Permohonan Hijau (FSS, 2003), Antologi Penyair Jawa Timur (FSS, 2004), Black Forest (FSS, 2005), Puisi Tak Pernah Pergi (Kompas, 2003), dll. Antologi tunggalnya, Jawadwipa 3003 (stensilan), Pengantin Lumpur (2004), dan Ngaceng (2007). Novelnya ‘Hubbu’ memenangkan Sayembara Menulis Novel 2006 dan diterbitkan Gramedia (2007). Bekerja di Balai Bahasa Surabaya. Pos-el:
misterhuri@yahoo.com

M. Har Harijadi, lahir di Ngawi, Juli 1951. pernah jadi wartawan Suara Merdeka Semarang. Tulisannya berupa cerpen, artikel dan esai, serta puisi. Aktivis dari Teater Persada Ngawi, puisinya termuat di kumpulan: Tanah Persada, Tanah Kapur, Tanah Rengkah, bersama Mh. Iskan dan Aming Aminoedhin. Sebagai pegawai Pemda Ngawi, tahun ini memasuki masa pensiun. Esai dan artikelnya banyak dimuat di Surabaya Post, dan koran ibu kota.

M. Tauhed Supratman, lahir di Pamekasan, 27 November 1970. Alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Madura Pamekasan (Unira). Tulisannya menggunakan bahasa Madura dan Indonesia. Karyanya termuat di berbagai koran dan majalah: Jawa Pos, Karya Darma, MPA, Radar Madura, Bende, Surya, Surabaya Post, Suara Muham-madiyah dlsb. Ia juga menulis pantun Madura, yang hingga kini belum ada orang yang mau me-nerbitkannya. Tauhed, sekarang jadi staf pengajar di almamaternya Unira Pamekasan, dan pembina komunitas Teater Depot Akura di kota kelahirannya.

Muhlis Ir, penyair. Karyanya dimuat di berbagai mediamassa.

Pringgo HR, penggurit lahir di Lamongan, 21 Maret 1965. Termasuk penggagas Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan). Pengasuh teater Taman siswa MAN Babat ini. Puisinya termuat di kumpulan Khianat Waktu, Malsasa 2005, dan banyak lagi. Bersama Herry Lamongan, ia dikirim oleh Dewan Kesenian Lamongan ikut Peringatan Puisi Nasional Malaysia (2004). Alamat: Padepokan Kostela, Jalan raya Kr. Geneng 167 Madulegi, Sukodadi, Lamongan. Tlp. 0322-393042

Puput Amiranti N, penyair dan eseis. Karya-karyanya pernah termuat di pelbagai media massa. Bersama TeMA UK Teater Unair terlibat dalam pementasan keliling “Anjing Kudisan”, dan bersama The Mirror and The Lamp Sastra Inggris Unair tengah mempersiapkan drama O’Neill. Buku puisinya “Ikan Memandang Bom” (Lanskap Indonesia, 2007).

Rahmat Faqieh Muhaimin, aktif dalam berbagai kegiatan sastra di Mojokerto.

R. Giryadi, nama lengkapnya Rakhmat Giryadi,, lahir di Blitar, 10 April 1969. Penyair yang aktif dalam kegiataan teater, utamanya Teater Institut ini, lulusan sarjana seni Rupa IKIP Surabaya (1994). Tulisannya banyak dimuat di: Horison, Suara Karya, Jawa Pos, Surya, Suara Merdeka, Sinar Harapan, Media Indonesia, Surabaya Post, dan kini jadi redaktur Jatim Mandiri..

Sabrot D. Malioboro, lahir di Surabaya, 14 Agustus 1945. Provokator kesenian yang suka bicara lantang. Aktif di Bengkel Muda Surabaya. Pernah jadi ketua Festival Seni Surabaya 2006. Puisinya banyak dimuat di kumpulan puisi antara lain “Antologi 25 Penyair Surabaya”, “Omonga Apa Wae”, dan lain-lain. Pernah jadi pengurus Dewan Kesenian Surabaya dan anggota DPRD Surabaya.

Saiful Bakri, lahir di Mojokerto, 28 Januari 1972. Aktif di Dewan Kesenian Mojokerto (DKM), Puisinya termuat di Duka Atjeh Duka Bersama, termuat juga di Radar Mojokerto dan Majalah Bende (Surabaya), Helper (Hongkong).

Sonny Alfansa, penyair yang biasa dipanggil “Dumbo” ini masih tercatat sebagai mahasiswa Sastra Indonesia Unair. Terlibat dalam pementasan “Kain” karya Yukio Mishima betrsama Teater Mata Angin UK Teater Unair.

Sugeng Adipitoyo, lahir di Nganjuk, 23 Desember 1965. Alumni dari Unesa (d/h IKIP Surabaya), Jurusan Bahasa dan sastra Jawa ini, sekarang jadi dosen di almamaternya. Selain sebagai dosen, ia juga aktif menulis sastra Jawa. Di samping itu, beberapa kali jadi narasumber dalam berbagai seminar Pengajaran Bahasa Jawa di berbagai kota Jawa Timur. Kini aktif memimpin komunitas Sanggar Sarilaras Citranada, yang menggarap campursari di Kebonsari, Surabaya.

Suharmono Kasijun, penggurit kelahiran Ponorogo, 19 Maret 1953. Pengarang yang pernah mendapatkan Hadiah Sastra Rancage dan Penghargaan Seni Gubernur Jawa Timur ini, novelnya “Den Bagus” mendapat juara harapan sayembara roman Dewan Kesenian Jakarta (1980). Cerkaknya bertajuk “Tatu Tatu Lawas” memenangkan lomba cerkak cersi Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) Solo, pada tahun yang sama. Setahun kemudian novelnya “Kidung Katresnan” memenangkan juara harapan sayembara novel versi PKJT (1981). Sedangkan novelnya “Pupus Kang Pepes” mendapat hadiah sastra Rancage, pimpinan Ajip Rosidi. Ia aktif di PPSJS, dan pernah dua periode menjadi ketua umum Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS). Alumni S-2 Unesa ini, masih aktif menulis sastra Jawa, dan mengajar di beberapa perguruan tinggi swasta.

Sumono Sandy Asmoro, lahir di kota reog Ponorogo (tanpa angka tahun). Tulisannya berupa cerkak, guritan, puisi, cerpen, cerita remaja, cerita rakyat, cerita wayang, dan artikel; termuat di Panyebar Semangat, Jaya Baya, Mekar Sari, Jaka Lodang, Pos Kita, Surabaya Post, Bende, dan Parikesit. Karyanya termuat di antologi bersama rekannya adalah: Gendhewa Rasa (1999), Liong, Tembang Prapatan (1999), Bandha Pusaka (2001), Kabar Saka Bendulmrisi (2001), Sumunar (2002), Jagade Obah (2003), Duka Aceh Duka Bersama (2005), dan Trubus Saka Pang Garing (2005). Sekarang ia bekerja sebagai guru di kampung halamannya..

Suliadi, lahir di Mojokerto 05 Mei 1978, karyanya beberapa kali di muat Jawa Pos, Radar Mojokerto, antologi bersama “Mojokerto Dalam Puisi” 14 penyair Mojokerto juga memberikan pelatihan Handy Craf di Sulawesi dan Kamboja. Dan sekarang ini berusaha untuk memerangi rasa kemalasan dalam hal penulisan.

Suyitno Ethexs, lahir di Mojokerto. Ketua Forasamo, aktif di Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto (DKKM). Tulisannya banyak dimuat di Suara Karya, Kompas, Surabaya Post, Surya, Radar Mojokerto, Kidung, dan Bende. Alamat: Jalan S. Parman 18 Modopuro, Mojosari—Mojokerto 61382 Jawa Timur. Pos-el:
syt_ethexs@yahoo.co.id

Tan Tjin Siong, lahir di Surabaya, 27 Mei 1966. Banyak menulis cerpen katimbang puisi. Pernah aktif di HP3N Jatim, bersama Aming dan Herry Lamongan, hingga menerbitkan kumpulan puisi Jejak, Langkah dan Derap. Kumpulan cerpen banyak, dan kini bekerja di sebuah perusahaan swasta. Katanya, malah sekarangan merasa sulit menulis lagi.

Tjahjono Widarmanto, lahir di Ngawi, 18 April 1969. Penyair terkenal ini berprofesi sebagai guru dan dosen di Ngawi. Pos-el:
cahyonowidarmanto@yahoo.com atau tjahyont@plasa.com.

W. Haryanto, lahir di Surabaya, 14 Oktober 1972. Penyair, pimred Majalah Kidung, dan Komite Sastra DKJT. Karya-karyanya dipublikasikan di pelbagai media massa. Bersama TeMA UKM Teater Unair, memproduksi pementasan keliling “Anjing Kudisan”, dan tengah mempersiapkan drama Yukio Mishima. Bukunya yang siap terbit, Poltergeist (puisi) dan Estetika Kucing dan Sepasang Godam (kritik sastra).

Widodo Basuki, lahir di Trenggalek, 18 Juli 1967. Pernah kuliah di STKW Jurusan Seni Rupa, lantas lulus sarjana pendidikan dengan yang sama dari UNIPA Surabaya. Aktif di BMS (Bengkel Muda Surabaya). Naskah guritannya banyak termuat di berbagai majalah Jaya Baya, Panyebar Semangat dan Surabaya Post. Pernah jadi Biro Sastra DKS. Ia pernah mendapatkan hadiah sastra Rancage (2000). Ia jadi wartawan/redaksi majalah Jaya Baya.

Wildansyah Basthoni, lahir di Surabaya 16 Oktober 1984. Mahasiswa Sastra Indonesia Unair, karya-karya sempat terkumpul dalam media kampus.


pentas malsasa 2007

PENTAS MALSASA DARI MASA KE MASA
Bagaimana pentas MALSASA tahun 2009?
Catatan: Aming Aminoedhin
*


Prolog

Pendapa Taman Budaya Jawa Timur (TBJT), malam itu lampunya telah dipadamkan. Lantas hanya ada sorot lampu ke arah panggung. Setelah basa-basi pewara, Susi Dinang, membuka acara, muncullah Aming Aminoedhin, ketua FSBS dan sebagai penggagas Malsasa (Malam Sastra Surabaya) melaporkan berapa penyair dan penggurit malam itu akan tampil. Setelahnya, Drs. Pribadi Agus Santoso, M.M. kepala TBJT, memberi sambutan, yang dilanjutkan membaca puisinya sendiri Tanah Liat, Matabatinku. Malam itu adalah 20 Agustus 2007, di mana Malam Sastra Surabaya digelarpentaskan dengan menampilkan beberapa penyair dan penggurit Jawa Timur. Beberapa nama penyair dan penggurit tampil bergantian membacakan puisi dan guritan.

Riwayat Malsasa
Malsasa adalah singkatan dari Malam Sastra Surabaya. Berawal pada tahun 1989, kegiatan malsasa ini menerbitkan kumpulan puisi “Surabaya Kotaku.” Selanjutnya, Malsasa digelar lagi pada tahun 1991, 1992, 1994, 1996, 2000, 2005 di Dewan Kesenian Surabaya.. Pada tahun 2000, Malsasa diselenggarakan di Balai Bahasa Surabaya, atas prakarsa Kepala Balai Bahasa Surabaya saat itu, Prof. Dr. Suparno (sekarang Rektor UM), yang bisa mendanai kegiatan pentas Malam Sastra Surabaya.
Agak aneh memang, malam sastra Surabaya kok diselenggarakan di Sidoarjo, tapi saya rasa tidak aneh. Sejak awal, pentas Malsasa memang selalu didanai dengan secara patungan oleh para sastrawannya. Tapi lantaran tahun 2000, ada lembaga yang mau mendanai, maka pentas itu digelarpentaskan di Balai Bahasa Surabaya yang berlokasi di Sidoarjo. Apabila bisa disebut aneh, alias agak beda, memang pada Malsasa 2000 ini, tidak hanya memuat puisi dan geguritan saja; akan tetapi juga memuat cerita pendek dan cerita cekak.
Pergelaran “Malam Sastra Surabaya” atau “Malsasa” terakhir kali adalah tahun 2007 lalu, bertempat di Pendapa Taman Budaya, Jawa Timur, Jalan Gentengkali 85 Surabaya.
Pada awsalnya buku-buku antologi Malsasa, hanya memuat puisi-puisi para penyair saja, lantas pada perkembangannya, juga memuat geguritan, bahkan cerpen dan cerkak. Topik puisi yang diangkat menjadi tema pun, pada awalnya hanya ‘Surabaya’ dengan segala permasalahan dan ketergesaannya. Tapi selanjutnya berkembang tidak hanya memuat yang bertemakan ‘Surabaya’ an-sich, akan tetapi bisa apa saja. Termasuk soal daun, angin, bebintang, sungai mengalir, kereta pagi, mobil berlari, dan indahnya rembulan benderang.
Malsasa, pada awalnya digagas oleh Komunitas Sufo (Surabaya Forum), yang diketuai Jil Panjagir Kalaran, bersama saya. Pertama kali digelar tahun 1989, dengan menerbitkan kumpulan puisi “Surabaya Kotaku”. Beberapa nama yang ikut kumpulan itu, antara lain: Ang Tek Khun, Viddy Alymahfoedh Daery, Aming Aminoedhin, Roesdi-Zaki, Jil P. Kalaran, Pudwianto, dan Herry Lamongan.
Malsasa berangkat dari ide beberapa penyair yang ingin merayakan ulang tahun kota Surabaya dengan versinya sendiri. Mereka menulis puisi dan membacakannya. Topik yang diungkapkan pun beragam, ada yang menyumpahserapahi; ada juga yang mengingatkan kota agar berdandan, tapi jangan sampai lupa soal kemanusiaan; ada juga yang bicara tentang jalan-jalan kota yang tak teduh lagi, banyaknya iklan warna-warni; serta apa saja sesuai hati nurani penyair.

Malsasa dari Masa ke Masa
Jika harus menghitung jumlah pentas Malam Sastra Surabaya (Malsasa), barangkali kita bisa menghitungnya sejak tahun 1989 tersebut hingga sekarang. Karena Malsasa dibarengi dengan penerbitan buku antologi puisinya, maka kegiatan ini, bisa dilacak melalui penerbitan bukunya tersebut.
Secara hitungan jumlah buku antologi yang pernah terbit, antara lain: Surabaya Kotaku, Malsasa ’91, Malsasa ’92, Malsasa ’94, Malsasa ’96, Malsasa 2000, Malsasa 2005, dan sekarang bertajuk “Surabaya 714” Malsasa 2007. Dari sini, tercatat sudah 8 (delapan) kali, pentas Malam Sastra Surabaya digelar di muka publik masyarakat sastra Surabaya, dan Jawa Timur.
Ada banyak nama penyair dan penggurit yang ikut dalam gelaran ini. Tak sedikit, ada yang beberapa kali ikut hadir dan tampil dalam gelar sastra ini. Tapi ada juga yang hanya sekali-dua ikut, lantas menghilang tak ketemu juntrungnya. Ada juga yang lama menghilang, kemudian muncul kembali di tengah-tengah publik sastra kita, seperti: Tan Tjin Siong. Sedangkan yang menghilang: Ang Thek Khun, Mh. Zaelani Tammaka, Sigid Hardadi, Robin Al Kautsar dan beberapa nama lainnya.
Sungguh, Malsasa atau Malam Sastra Surabaya, dari masa ke masa memang ada perkembangannya. Baik dalam jumlah peserta maupun kualitas penerbitan antologi bukunya, ada peningkatan yang cukup signifikan. Awal mulanya hanya berupa stensilan, lantas fotokopian, dan kini terbitan buku antologi yang cukup mewah.

Surabaya 714 Malsasa 2007
Malsasa tahun ini, masih berangkat dari ide beberapa penyair yang ingin merayakan ulang tahun kota Surabaya dengan versinya sendiri. Di ulang tahun kota Surabaya ke-714 ini, mereka menulis puisi maupun geguritan dan membacakannya. Tema yang digagas bisa bicara apa saja, Surabaya yang kian cantik atau Surabaya kian tak menarik? Bicara negeri ini yang kian cabik-cabik atau mungkin negeri yang penuh intrik? Atau apa saja terserah! Yang pasti, kejujuran dalam menulis karya sastra adalah kuncinya. Karya sastra tanpa kejujuran nurani penulisnya, akan terasa tawar, hambar, dan miskin makna.
Mencatat nama-nama yang tampil malam itu, ada: Bagus Putu Parto, L. Machali, Fahmi Faqih, Budi Palopo, R. Giryadi, Ida Nurul Chasanah, Sabrot D. Malioboro, Akhudiat, Aming Aminoedhin, AF Tuasikal, M. Har Harijadi, M. Tauhed, Bambang Kempling, Saiful Bahri, Chamim Kohari (penyair); Suharmono Kasijun, Anank Santosa, Bonari Nabonenar, Sugeng Adipitoyo, Widodo Basuki, Herry Lamongan, Pringgo HR (penggurit). Tidak hanya itu, tampil juga tamu dari Pusat Bahasa, Abdul Rozak Zaidan, Kepala Bidang Sastra, yang ikut tampil membacakan puisinya Sitor Situmorang, berjudul “Malam Lebaran.”
Sedangkan jika mencatat jumlah penyairnya ada 34 penyair, 14 penggurit yang masuk dalam antologi puisi “Surabaya 714” Malsasa 2007 ini. Mereka itu terdiri penyair yang berasal dari kota Surabaya, Mojokerto, Gresik, Lamongan, Sidoarjo, Ngawi, Bojonegoro, Pamekasan, Ponorogo, Trenggalek, dan Blitar.
Penyelenggaraan Malam Sastra Surabaya atau Malsasa 2007 ini, atas prakarsa Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS) kerja sama dengan Taman Budaya Jawa Timur (TBJT). Melalui forum ini, saya sebagai penggagas Malsasa, memang berharap bahwa kegiatan ini bisa dijadikan ajang silaturahmi, interaksi, dan kreasi pentas seni sesama penyair dan penggurit, serta menumbuhkembangkan sastra di Surabaya dan Jawa Timur. Persoalan ini sejalan yang dikatakan Kepala TBJT, Pribadi Agus Santoso, bahwa Taman Budaya Jawa Timur merupakan etalase pentas dan pertunjukan seni apa saja. Taman Budaya adalah ajang berinteraksi, ajang berkompetisi, serta berkreasinya antarseniman dari berbagai cabang seni di negeri ini.

Epilog
Malam telah larut, para penyair telah mengakhiri baca puisi dan guritannya, maka pentas Malsasa 2007 usai sudah, tapi kegiatannya tidak hanya malam itu berakhir. Karena, tanggal 30 Agustus 2007, buku “Surabaya 714” Malsasa 2007, dibedah bukunya oleh Redaktur Budaya Senior dari Surabaya Post, RM Yunani Prawiranegara. Bedah buku berlangsung di Toko Buku Diskon Togamas, Jalan Diponegoro 9 Surabaya, yang dimeriahkan musikalisasi puisinya kelompok “Komunitas Sastra Sinji” dimainkan oleh AF Tuasikal dan Sarjiyo Godean.
Bedah buku di Toko Buku Diskon Togas Mas ini, banyak dihadiri para praktisi dan akademisi sastra, antara lain: Sabrot D. Malioboro, Akhudiat, Ida Nurul Chasanah, Adi Setyowati, Sugeng Adipitoyo, Bonari Nabonenar, Suharmono Kasijun, W. Haryanto, Mashuri, Fahmi Faqih, Widodo Basuki, dan banyak lagi.
Harapan berikutnya yang perlu dipompakan adalah bagaimana terus bisa menum-buhkembangkan dan mensosialisasikan sastra (puisi dan guritan) kepada masyarakat.
Apabila ada kekurangan dalam penerbitan, penyelenggaraan pentas, dan bedah buku,, adalah wajar semata. Tapi puisi telah ditulis dengan matahati dan kata hati penyairnya. Percayalah! Terakhir, saran dan kritik konstruktif bagi tumbuhkembangnya sastra, akan kami terima dengan tangan terbuka, dan hati membunga
.


Pentas MALSASA 2009
Sementara itu, tahun
2009 yang bakal tiba, saya berencana akan menggelar kembali pentas "Malam Sastra Surabaya". Ada beberapa tahap yang harus digarap, di antaranya: mengumpulkan naskah, memilih dan memilah naskah puisi dan guritan yang layak dalam kumpulan Malsasa 2009 nanti. Lantas membukukan dalam sebuah kumpulan, dan kemudian meggelarpentaskan Malsasa, berikut bedah bukunya. Ada beberapa kawan yang ingin pentas Malsasa ini sebaiknya digelar di hotel berbintang di Surabaya. Ada juga yang berkata di stasiun kota, di tugu pahlawan, atau di balai kota Surabaya. Semua itu, bagi saya baik semua. Hanya persoalannya adalah dana yang tidak ada. Siapa yang mau jadi relawan cari dana untuk pentas Malsasa 2009. Saya tunggu! Salam budaya!


Buduran Sidoarjo, Malemlikuran Ramadhan 1429-H/25 September 2008

* Aming Aminoedhin, presiden penyair Jatim, penggagas Malsasa.