TADARUS PUISI RAMADHAN SUCI
Oleh: Aming Aminoedhin
Penyair, Ketua FSBS (Forum Sastra Bersama Surabaya)
Memasuki bulan Ramadhan 1431 Hijriyah tahun ini, saya jadi ingat beberapa tahun yang lalu, bahwa kegiatan menyambut Ramadhan selalu diramaikan bebeberapa kegiatan religius di berbagai masjid dan mushola. Sedangkan bentuknya bisa bermacam-macam, dari pengajian biasa, tadarusan, hingga pentas-pentas keseniannya, berupa pentas hadrah, pentas drama Islami, hinggga musikalisasi puisi.
Bila saja mau mencatat kegiatan sastra yang punya korelasi keagamaan (baca: dalam arti Islami), maka saya bisa mencatat tahun 1986 lalu, Dewan Kesenian Jakarta pernah menggelar acara bertajuk “Tuhan Kita Begitu Dekat” – Tadarus Puisi Bulan Suci.
Waktu itu, kegiatannya menyambut bulan Ramadhan tahun 1986. Tak urung seorang HB Jassin (paus sastra Indonesia) ikut memberi sambutan. Dalam sambutannya, Jassin (alm.) antara lain mengatakan, “Di tengah hiruk pikuk dunia serba mesin dan komputer sekarang ini, dengan tempo teknik dan teknologi yang serba cepat dan kian cepat, amatlah sedikit waktu kita untuk berada dengan diri kita sendiri, dan merenungkan arti hidup kita. Hubungan kita dengan dunia, lingkungan, dan dengan Tuhan.” Lebih lanjut HB Jassin menandaskan, “Maka beruntunglah kita bahwa ada penyair-penyair yang mencoba menyelami hakekat hidup, hakekat gerak, hakekat diam dan sunyi, yang mempertemukan kita dengan keabadian. Penyair melihat dengan matabatinnya, apa yang hidup dan bergolak di bawah permukaan segala kejadian yang nampak dan tidak, oleh mata kepala kita yang kasar”.
Sederet nama penyair ikut tergabung dalam acara itu, ada Abdul Hadi WM, Sutardji Calzoum Bachri, Leon Agusta, Mohammad Saribi, Goenawan Mohamad, Mohammad Diponegoro, Taufiq Ismail, dan Masbuchin.
Menengok di tingkat provinsi Jawa Timur, maka perhelatan sastra Islami yang cukup besar yang pernah digelar tahun 1993, adalah di Go Skate – Surabaya Indah – Jalan Embong Malang Surabaya; dengan tajuk “Parade Puisi Sejuta Doa Untuk Bosnia.”. Kegiatan yang melibatkan MUI Jatim, Kanwil Depag, Masjid Al-Falah, Mujahidin, Kemayoran, serta Dewan Kesenian Surabaya tersebut, cukup meriah. Acara digelar cukup mendapatkan respons positif pada waktu itu. Terbukti, penonton yang hadir memenuhi ruangan lantai dua Go Skate Surabaya Indah. Beberapa nama penyair besar Jakarta turun pada acara ini. Ada Sutardji Calzoum Bachri, Hammid Jabbar, Ikranegara, Jose Rizal Manua, Taufiq Ismail, Slamet Sukirnanto, Soeparwan G Parikesit, Pertiwi Hasan, dan Aspar Paturisi. Sedangkan penyair Jawa Timur yang tampil ketika itu: Sam Abede Pareno. D. Zawawi Imron, Budi Darma, Aming Aminoedhin. M. Fudoli Zaini, dan Emha Ainun Nadjib.
Selanjutnya, pada 2006 lalu, ketika menggelar Festival Seni Surabaya (FSS), saya sebagai orang menangani sastranya, dengan berbekal keberanian menampilkan pentas sastra “Para Kyai Baca Puisi”. Ada beberapa kyai dijadwalkan baca puisi, mereka adalah: A. Mustofa Bisri (Rembang), D. Zawawi Imron (Sumenep), Ali Maschan Moesa (PW-NU Jatim, Surabaya), Wahib Wahab (Dosen IAIN Surabaya), dan Muhammad Thohir (Surabaya), dan Gus Ali (Kyai Tulangan, Sidoarjo). Hanya sayangnya, kyai asal Rembang, A. Mustofa Bisri, tidak hadir dan tampil baca puisi. Dari tampilan mereka, terbukti para kyai cukup baik dalam menulis dan membacakan puisinya. Bahkan penonton membludak memenuhi gedung Balai Pemuda Surabaya tersebut.
Kembali masuk di bulan Ramadhan, dua tahun lalu, tepatnya September 2008, meski hanya beberapa nama penyair dan penggurit, Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS) dengan Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Surabaya, dan Arek Teve juga menggelar acara “Tadarus Puisi Bulan Suci” di halaman depan kantor Arek Tevelisi, Rich Palace, Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya. Mereka yang tampil waktu itu: M. Shoim Anwar, Aming Aminoedhin, Suharmono Kasijun, Bonari Nabonenar, AF Tuasikal, R. Giryadi, Budi Palopo, Widodo Basuki, Suko Widodo (Dosen Unair), Priyo Budi Santoso (anggota DPR-RI), dan Imung Mulyanto (Arek Teve). Di sela-sela penyair tampil, ada tampilan Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Surabaya, yang dipimpin oleh Bokir Surogenggong.
Acara tadarus puisi bulan suci yang direkam oleh Arek Televisi, sejak mulai lepas tarawih, hingga sahur dekati imsak baru usai rekamnya. Kemudian rekaman tadarus puisi pun juga ditayangkan oleh Arek Televisi. Meski penayangannya agak lambat waktunya, tapi tadarus puisi itu tetap bisa ditayangkan bagi warga masyarakat Jawa Timur.
Puasa ramadhan adalah untuk menahan nafsu dari berbagai syahwat, sehingga manusia bersiap meniti dan mencari sesuatu yang menjadi puncak kebahagiaannya. Puasa tidaklah hanya menahan nafsu makan dan minum saja, akan tetapi juga menahan nafsu seks (birahi) seorang manusia, pada waktu siang hari. Menurut Abdul Munir Mulkan (Kompas-Opini, 10/8/2010), hakikat puasa adalah kesantunan kemanusiaan berbasis kerendah-hatian (tawadldlu’), dan pengendalian diri (nafsu) sebagai akar nilai hak asasi manusia.
Untuk itu, ketawadldlu’an dan pengendalian nafsu seorang manusia, bukanlah diartikan diam saja. Akan tetapi, dalam menjalankan puasa, sebagai manusia yang berpuasa, bukan lantas tidak berbuat apa-apa. Tidak! Tidak harus begitu! Bahkan sebagai pengarang (baca: penyair), saya tidaklah salah jika mengajak rekan-rekan penyair muslim se-Jatim untuk menggelar acara seperti dua tahun lalu, “Tadarus Puisi Ramadhan Suci” di pertengahan Ramadhan 1431-H tahun ini. Kebetulan, Drs. Karsono, M.Pd. sebagai kepala UPT Dikbangkes Taman Budaya Jatim, kemarin menawarkan tempatnya di pendapa Taman Budaya Jatim, dan FSBS bisa menggelarnya pada Jumat, 27 Agustus 2010 ini. Beberapa kawan yang ikut tampil di acara “Tadarus Puisi Ramadhan Suci 1431-H” tidak hanya dari Surabaya, tapi juga dari: Malang, Lamongan, Blitar, Bangkalan, Bojonegoro, Mojokerto, dan Sidoarjo.
Mereka itu adalah: Akhudiat (Surabaya), Bonari Nabonenar (Malang), Herry Lamongan, Pringgo HR, Bambang Kempling (Lamongan), Puput Amiranti, W. Haryanto (Blitar), Dewi ‘Bangkalan’ Masyithoh (Bangkalan), Ariyoko KSMB (Bojonegoro), AF Tuasikal, Aming Aminoedhin, Suyitno Ethexs (Mojokerto), serta Yudi Joyokusumo, Pung AD Mulya, Sarifudin Miftah (Sidoarjo). Beberapa nama yang sebenarnya juga akan tampil dan berhalangan adalah R. Giryadi dan Widodo Basuki (Sidoarjo) dan Budi Palopo (Gresik).
Adapun musik religius yang tampil adalah dari arek-arek Sanggar Alang-Alang pimpinan Didiet Hape, yang menyajikan dengan sangat memberi warna lain pada tampilan malam “Tadarus Suci Ramdhan Suci 1431-H” tersebut.
Selain syiar Islam, serta meningkatkan iman dan taqwa di bulan ramadhan suci ini, kegiatan ini juga menepis istilah bahwa orang puasa itu hanya bermalas-malas saja. Menepis anggapan bahwa penyair ketika puasa tidak kreatif adalah salah. Penyair tetap kreatif, dan akan tetap ngaji puisi, pada malam yang Ramadhan suci tahun ini.
Tadarus Puisi DKKM Mojokerto
Setelah sukses menggelarpentaskan malam “Tadarus Puisi Bulan Suci 1431-H” di pendapa Taman Budaya Jawa Timur, Jalan Gentengkali 85 Surabaya; Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS) selanjutnya menggandeng Dewan Kesenian Kabuapten Mojokerto (DKKM) untuk menggelarpentaskan kembali acara tersebut.
Tertanggal 7 September 2010, acara serupa digelar di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto, Jalan Jayanegara, Mojokerto. Mereka yang tampil tidak hanya penyair Mojokerto, tapi juga kyai Wahab Wahib, Wakil Bupati Terpilih, Ibu Hajjah Khairunnissa. Musik religi ditampilkan kelompok musik Girilaya Mojokerto.
Gelaran malam “Tadarus Puisi Ramadhan Suci 1431-H”, selain membaca al-Quran, juga membaca puisi Islami, serta musik-musik shalawatan yang membawa angin surgawi. Semoga acara ini bisa digelar di Ramadhan yang akan datang, seperti telah dijanjikan Drs. Karsono, M.Pd. Kepala UPT DikBangKes Taman Budaya Jatim, dan Drs. H. Eko Edy Susanto, M.Si., ketua DKKM Mojokerto. Semoga!
Desaku Canggu, Idul Fitri 1431-H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar