aming aminoedhin
KUSIMPAN KANGEN INI
kusimpan kangen ini
kusimpan. ternyata aku tak bisa
tak bisa tak membuka
dan kubuka hati
membaca tanda atas status tertera
barangkali hanya kata usang
tak berubah, hingga petang
telah tiba kini
lama nian tak bersua
lantaran jarak mendinding antara
tapi dunia maya, antarkan
semua bisa bicara. ada sesuatu
begitu menggoda. lalu .........
sepi. begitu sepi, dan barangkali
hanya sejumlah doa
terucap tanpa terasa
ada sesuatu terkadang bisa lupa
ada sesuatu terkadang menghadang
termasuk jarak lokasi dan waktu
ada juga sebersit rasa ingin memburu
tapi hanya mimpi angan yang sirna
ditelan jarak dan waktu itu
kangen, bikin hidup kian gairah
meski mungkin hanya desah
ah......
kangenku kusimpan di ujung resah
pada hujan petang yang basah!
canggu, desember rain 2009
aming aminoedhin
GERIMIS TELAH HABIS
bila sesuatu kadang lupa
tak harus ada curiga
gerimis telah habis pada senja
ketika aku bersiap menangis
pada sesuatu terlupa
barangkali gerimis menipu kita
tanda setujunya berpuluh tahun lalu
hanya sekedar kata-kata
tak pernah ada. tak pernah ada
tanpa ada ujung dan juntrungnya
tapi gerimis telah habis
aku kehilangan angan menulis
senja berdiri hanya sunyi
selebihnya langit hitam
lorong jalanan, tak ada orang
lalu-lalang. begitu menakutkan
jarum jam tak bergerak
seperti aku dan kau
dibatasi waktu dan jarak
Siwalanpanji, 10 /12/ 2009
aming aminoedhin
MELANGKAH KE SURAU ITU
gerimis siapakah itu
membentur pada dinding waktu
senja memang telah berlalu
tinggal gerimis, dan kerdip lampu-lampu
dibalut kabut terasa syahdu
gerimis siapakah itu
mengetuk pintuku lantas berlalu
disc musik mozart mengalun
antarkan senja pada rembang petang itu
kadang menghentak kadang syahdu
membalutbangunkan angan rinduku
ada juga suara adzan terdengar
sayup-sayup di kejauhan
ajak langkahku menuju surau itu, lalu
kubunuh mozart menghentak syahdu
gerimis belum juga habis
kucari payung tak kutemu juntrung
gerimis terus saja jatuh
tak harus membuat hatiku kisruh
jika ada rinduku bertumbuh
biarkan tumbuh di surau-Mu
gerimis boleh menghadangku
tapi langkah rinduku tetap bermuara
pada-Mu, kaki melangkah ke surau itu
Desaku Canggu, 10 /12/ 2009
aming aminoedhin
TENTANG GURITA ITU
penghujung tahun langit warna kelabu
ada gurita bernama buku
mengganggu langkah
setiap jaga-tidur rakyatmu
tapi langkah bisa tak terarah
angin demokrasi telah berhembus
tak perlu risau atas semua itu
tahun baru perlu ada buku baru
barangkali bukan tentang gurita
tapi bisa tentang paus, raja-diraja ikan
yang berkuasa di samudra
tahun lalu biarkan berlalu
kita berbenah di tahun baru
menulis buku tanpa mengganggu
tidur-jaga rakyat yang berseteru
menulis buku demokrasi bukan democrazy
menulis buku politik bukan sekedar kritik
menulis buku tentang cinta sesama, lantas
menulis buku yang bermuara
atas kebesar-esaan-Mu
Mojokerto, 27/12/2009
Catatan: puisi-puisi di atas termuat di Jawa Pos, Minggu, 10 Januari 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar